Rabu, 10 Agustus 2022

ACARA ADAT DI PASURUAN

 

TRADISI KRAPANSAPI
Kecamatan Wonorejo
Dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan RI

GREBEG MEMETRI
Diadakan di Kecamatan Tutur
Dalam rangka peringkatan Hari Kemerdekaan RI dan menjadikan karnaval budaya masyarakat Nongkojajar dengan ritual penguburan kelapa sapi sebagai simbul pengorbanan dan juga kesenian tradisional jaran goyang, albanjari, ujung tidak kentigalan basar rakyat.

YADYNYA KASADA
Diadakan di Kecamatan
Tradisi adat pemilihan dan pengukuhan ketua atau dukun masyarakat Tengger yang diadakan di lautan pasir Gunung Bromo juga membuang sesaji ke kawah Gunung Bromo.
Pada saat itu juga disahkan dengan Festival Bromo, yang dikemas sebagai macam seni budaya dan atraksi wisata dan yang menarik pawai sejuta obor.

UPACARA KARO
Lokasi di Kecamatan Tosari
Adalah Upacara Hari Raya Masyarakat Tengger, adapun kegiatannya selamatan desa dengan sajian macam – macam tarian antara lain Sodoran.

SKI LOT
Lokasi di Kecamatan Lekok
Merupakan acara tradisional ski di Lumpur laut yang diadakan pada saat hari Raya Besar Islam 1 Syawal sampai hari Raya Ketupat. Yang menjadi daya tarik masyarakat luas.

MANDI SUCI BELAHAN

Desa Wonosunyo Kecamatan Gempol
Ritual masyarakat setempat memandikan dua patung / candi . Belahan  ( Sumber Tetek  ).
Yang mana oleh masyarakat sekitarnya diperinggati pada bulan jumadil akhir hari sabtu kliwon dan minggu wage dengan selamatan memotong lembu dengan kesenian Uyon – uyon.

MBAH SEGOROPURO.
Desa Segoropuro Kecamatan Rejoso.
Ritual ke agamaan merupakan Haul penyebar perkembangan agama islam Mbah Syaid Arief / Mbah Segoropuro yang selalu di peringati pada bulan jawa Djumadil Akhir setiap tahunnya, namun tidak menutup kemungkinan ritual selalu diadakan pada malam Jum’at Legi dengan pengunjung / peziarah kurang lebih 10.000 orang.

MBAH SEMENDI
Desa Winngan Lor Kecamatan Winongan.
Ritual ke agamaan merupakan Haul penyebar perkembangan agama islam Mbah Semendi yang selalu di peringati pada bulan Jawa Djumadil Akhir setiap tahunnya, namun tidak menutup kemungkinan ritual selalu diadakan pada malam Jum’at Legi dengan pengunjung / peziarah kurang lebih 5.000 orang jangka peringatan Haul biasa diadakan sebelum Haul Mbah Segoropuro.

MBAH RATU AYU
Dusun Kersikan Kelurahan Kersikan Kecamatan Bangil.
Mbah Ratu Ayu merupakan Ibu dari Mbah Segoropuro, yang menjadi tujuan wisata religi bagi umat muslim yang ingin melakukan ritual ke pengembang – pengembang agama Islam.

sumber dari:https://www.pasuruankab.go.id/cerita-42-lembaga-adat-di-kab-pasuruan.html

TEMPAT WISATA DI PASURUAN YANG WAJIB DIKUNJUNGI BERSAMA KELUARGA

 

Pasuruan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah tapal kuda Jawa Timur dengan beberapa tempat wisata ikonik. Destinasi liburan di Pasuruan identik dengan keindahan laut dan daerah sejuk pegunungan di Pasuruan Selatan.

Karena lokasi geografisnya yang berdekatan dengan Kota Malang dan Surabaya, dua kota besar di Jawa Timur, Pasuruan bisa menjadi tempat tujuan wisata alternatif yang menarik dan menyenangkan untuk dipilih. Apalagi ada banyak destinasi alternatif yang bisa dipilih, dan tak kalah asyik dan instagrammable. Berikut ini Tripzilla Indonesia rangkum beberapa tempat wisata di Pasuruan yang bisa Anda kunjungi bersama keluarga

1. Pemandian Alam Banyu Biru yang syahdu


Terletak di Desa Sumberejo, Pandaan, Pemandian Alam Banyu Biru menjadi salah tempat wisata di Pasuruan menjadi tempat wisata renang yang bersumber mata air dari alam. Mulanya, pemandian ini disebut dengan Telaga Wilis namun karena airnya yang berwarna kebiru-biruan, berganti menjadi “Banyu Biru” yang mana dalam bahasa Jawa berarti “Air Biru”.

Uniknya dari tempat wisata ini yakni pada Jum’at Legi (dalam lingkungan Jawa), banyak pengunjung yang datang untuk mandi dan berendam di dalam kolam. Mereka percaya bahwa siapapun yang mandi di dalam kolam tersebut pada Jum’at Legi maka akan awet muda.

Selain itu juga, kepercayaan yang tidak lepas dari masyarakat Pasuruan yaitu keberadaan ikan sejenis wader atau ikan sengkaling (sebutan masyarakat setempat) yang konon memiliki panjang lebih dari 1 meter. Jadi, selain Anda menikmati sejuknya air di Banyu Biru, cerita rakyat ini juga dapat menjadi pengalaman wisata yang berbeda.

2. Candi Jawi yang unik dan punya nilai sejarah tinggi

Candi peninggalan zaman Hindu-Buddha ini dibangun pada abad ke-13 dengan nama asli Jajawa. Terletak di kaki Gunung Welirang, Prigen merupakan salah satu tempat wisata di Pasuruan yang memiliki cerita tersendiri.

Keindahan bangunannya memiliki aroma sejarah yang kuat. Candi Jawi juga memiliki hubungan dengan Candi Jago, yang mana sama-sama menjadi tempat peribadatan dari Raja Kertanegara.

3. Wisata Ngopi Bareng Pintu Langit, spot asyik menikmati lanskap Pasuruan


Salah satu wilayah favorit bila berkunjung ke Pasuruan ialah Tretes yang berada di Kecamatan Prigen. Suasananya yang sejuk, pepohonan hijau dan gugusan gunung menjadikan Tretes sebagai kawasan wisata yang menyenangkan bersama keluarga.

4. Cimory Dairyland dan Resto, tempat asyik di Pasuruan untuk wisata kuliner



Selain sebagai perusahaan yogurt yang terkenal di Indonesia, Cimory Dairyland juga merupakan tempat wisata edukasi yang dilengkapi dengan resto unik yang menjadi wisata kuliner terbaik untuk Anda dan keluarga.

meski menjadi tempat wisata yang masih baru, Cimory Dairyland telah mampu menyihir banyak pengunjung untuk datang. Anda juga dapat melakukan swafoto di spot selfie yang disediakan.

Lokasi: Jl. Raya Prigen No.8, Plembon, Prigen, Kec. Prigen, Pasuruan, Jawa Timur
Jam buka: Senin – Jumat, 09.00-17.00 WIB, Sabtu dan Minggu, 08.00-17.00 WIB
Harga tiket:  20,000,00 IDR per orang, fasilitas bisa masuk museum susu, area peternakan dan mendapat free yogurt dari Cimory

sumber:https://www.tripzilla.id/tempat-wisata-di-pasuruan/29581

Fakta Unik Pasuruan Dari Sejarah Hingga Kuliner


 Pasuruan merupakan nama kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur ini. Lokasinya terletak 60 km sebelah tenggara Surabaya serta 355 km sebelah barat laut Denpasar, Bali.

Aksesnya terhubung dengan Tol Trans Jawa, tepatnya ruas Tol Gempol- Pasuruan. Posisinya yang strategis menjanjikan prospek ekonomi yang besar di Indonesia bagian timur

Populasi penduduk Kabupaten Pasuruan lebih dari 1,8 juta jiwa pada 2019, sedangkan populasi penduduk Kota Pasuruan hanya 208 ribu jiwa. Banyak hal menarik lainnya tentang termasuk wisata Pasuruan.

Berikut enam fakta menarik tentang Pasuruan yang dirangkum dari berbagai sumber:

Tempat Kelahiran Ernest Douwes Dekker

Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker atau dikenal dengan nama Ernest Douwes Dekker lahir di Pasuruan, pada 8 Oktober 1879. Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia Belanda yang merdeka.

Ayahnya merupakan keturunan Belanda. Hal itu membuatnya mendapatkan perlakuan yang istimewa, terutama akses ke pendidikan. Tetapi, Ernest Douwes Dekker yang mendapat darah Jawa dari ibunya, selalu mengaku sebagai orang Jawa.

Setelah menyelesaikan kuliahnya di Swiss, dia bekerja di perkebunan kopi Soember Doeren di Malang. Di perkebunan itulah rasa kebangsaannya tergugah akibat melihat ketidakadilan yang dialami rakyat.

Dalam gerakan perjuangan kebangsaan inilah, dia mengganti namanya menjadi Danudirja Setiabudhi. Bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Cipto Mangunkusumo, ia mendirikan organisasi politik yaitu Indische Partij pada 1912.

Mereka bertiga inilah yang dikenal sebagai Tiga Serangkai. Ernest merupakan cucu sepupu dari Eduard Douwes Dekker, yaitu penulis novel Max Havelaar yang terkenal lewat nama pena Multatuli. Ernest wafat di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950, pada usia 70 tahun. Namanya diabadikan menjadi salah satu jalan di Bandung.

Masjid Cheng Hoo

Sosok Laksamana Cheng Hoo yang fenomenal membuatnya mendapat tempat di berbagai lokasi, termasuk di Pasuruan. Namanya diabadikan menjadi nama sebuah masjid, yakni Masjid Muhammad Cheng Hoo. Tempat ibadah itu termasuk salah satu destinasi wisata religi yang layak dikunjungi.

Masjid dibangun di atas tanah seluas 6.000 meter persegi, dengan luas bangunan 550 meter persegi. Dari jauh, atap bangunan masjid menampakkan gaya arsitektur khas pagoda, yakni menara yang berlapis-lapis dengan ujung yang runcing.

Arsitektur bangunan masjid memadukan unsur-unsur budaya Islam, Jawa, dan Tiongkok. Masjid dicat dengan sentuhan warna-warna cerah seperti warna, kuning, merah, dan hijau.

Interiornya terdapat motif dan ornamen yang merupakan perpaduan dari tiga unsur tersebut. Perpaduan itu juga diaplikasikan di langit-langit dan tiang-tiang yang dicat kuning keemasan.

Masjid tersebut memiliki dua lantai. Lantai bawah untuk ruang pertemuan dan lantai atas digunakan khusus untuk salat. Masjid ini berlokasi di Jl. Raya Kasri No.18, Petung Sari, Petungasari, Kec. Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur.


Pasuruan juga memiliki situs bercorak Hindu-Buddha, yaitu Candi Jawi. Candi itu adalah peninggalan bersejarah Kerajaan Singhasari yang dibangun sekitar abad ke-13. Letaknya di kaki Gunung Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, sekitar 31 kilometer dari Kota Pasuruan.

Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, tetapi sebetulnya candi ini adalah tempat pendharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir kerajaan Singhasar,i yaitu Raja Kertanegara. Candi Jawi menempati lahan sekitar 40 x 60 meter persegi, dan terbuat dari batu andesit yang dikelilingi oleh pagar bata setinggi 2 meter.

Bangunan candi tersebut dikelilingi parit yang kini dihiasi oleh bunga teratai. Ketinggian candi tersebut mencapai 24,5 meter dengan panjang 14,2 m dan lebar 9,5 m. Pintu candinya menghadap ke timur. Posisi pintu inilah yang oleh sebagian ahli dipakai alasan untuk mempertegas bahwa candi ini bukan tempat pemujaan.

Biasanya, candi untuk peribadatan menghadap ke arah gunung. Namun, Candi Jawi justru membelakangi Gunung Penanggungan. Anda bisa sekaligus melihat panorama indah Gunung Penanggungan yang ada di belakang candi tersebut.

Tradisi Manten Sapi

Masyarakat di Pasuruan memiliki tradisi unik dalam menyambut Idul Adha, yaitu manten sapi atau mantenan sapi. Beberapa desa di Pasuruan yang masih menggelar tradisi ini, yakni Desa Sebalong dan Desa Watestani di Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari sebelum hewan kurban itu disembelih. Dalam tradisi ini, puluhan ekor hewan kurban akan dirias secantik mungkin oleh masyarakat. Sebelum dirias, hewan kurban dimandikan lebih dahulu. Mereka dihias menggunakan bunga-bunga bahkan diberi pewangi layaknya seorang pengantin.

Setelah itu, hewan-hewan kurban itu diarak keliling desa dan dipamerkan ke masyarakat. Masyarakat yang ikut berkeliling mengarak hewan kurban tersebut sambil membawa berbagai bahan makanan seperti beras, minyak goreng, dan bumbu. Semua bawaan itu akan diberikan kepada warga yang kurang mampu, supaya mereka tak kesusahan saat nanti mengolah daging kurban yang diperoleh. Tradisi turun-temurun ini juga sebagai pengingat bagi warga lain yang mampu untuk berkurban pada Idul Adha.


Pasuruan memiliki kuliner khas andalan yakni kupang kraton. Makanan itu terbuat dari kupang atau kerang yang lebih dikenal dengan sebutan siput laut.

Kupang biasanya berukuran sebesar kacang kedelai. Kupang diolah dengan campuran bumbu bawang putih, jeruk nipis, gula, cabai, dan sedikit petis. Lalu, ditambahkan beberapa potong lontong dan disiram dengan rebusan kupang. Anda bisa mencoba makanan ini di Pasar Kraton, sepanjang Jalan Ir. H. Juanda pasuruan, atau perempatan lampu merah Jalan Raya Kraton.

Oleh-Oleh Bipang

Bipang Jangkar merupakan oleh-oleh khas dari Pasuruan. Namanya makin populer sejak pidato presiden yang mempromosikan Bipang Ambawang. Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman buru-buru meluruskan dengan menyebut bipang dimaksud adalah Bipang dari Pasuruan.

Bipang merupakan kue beras kembung seperti popcorn yang sudah ada sejak 1949. Salah satu merek bipang yang paling terkenal di Indonesia adalah Bipang Jangkar, khas dari Pasuruan, Jawa Timur. 

Bahan utama bipang adalah beras pilihan, gula asli, esens, dan pewarna khusus makanan. Rasanya pun beraneka ragam ada rasa kacang, jahe, kopi, vanilla dan lain-lain. Camilan ini dijual mulai dari harga Rp6.000-- Rp40.000. 

sumber dari:https://jatim.liputan6.com/read/4920110/6-fakta-unik-pasuruan-dari-sejarah-hingga-kuliner

sejarah kabupaten pasuruan

 

Sejarah Singkat Kab Pasuruan

SEJARAH SINGKAT
HARI JADI KABUPATEN PASURUAN

 

Sejarah Kabupaten Pasuruan bermula dari Peradaban Kerajaan Kalingga atau Ho Ling yang diperintah oleh  seorang Raja bernama Sima. Pada Tahun 742 - 755 Masehi,  Ibu Kota Kerajaan Kalingga  dipindahkan  ke wilayah timur oleh Raja Kiyen yaitu daerah  Po-Lu-Kia-Sien yang ditafsirkan Pulokerto. Pulokerto adalah salah satu nama desa di wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasoeroean.

Setelah masa kejayaan Kalingga berakhir muncullah Kerajaan Mataram Kuno dibawah kekuasaan Dinasti Sanjaya Tahun 856 Masehi dipimpin oleh Raja Rakai Pikatan, diantara keturunan raja Dinasti Sanjaya yang telah banyak meninggalkan beberapa prasasti baik di Jawa Timur maupun Jawa Tengah adalah Raja Balitung. Kemudian pada Tahun 929 seorang Raja dari keluarga lain memerintah yaitu Mpu Sindok yang telah menggeser pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan ibu kota kerajaan  Tawlang identik dengan nama Desa Tembelang di daerah Jombang. Selama memerintah Mpu Sindok telah mengeluarkan lebih dari dua puluh prasasti diantaranya Prasasti yang terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol yang menyebutkan Mpu Sindok memerintahkan agar rakyat Cungrang yang termasuk wilayah bawang, dibawah langsung Wahuta  Tungkal untuk menjadi sima (tanah perdikan). Substansi dalam prasasti ini dikonfersikan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dengan Hari Jum’at Pahing, tanggal 18 September 929 Masehi.

Dalam era jaman Majapahit dari Abad XII sampai Abad XIV  Masehi  nama Pasuruan sebagai nama tempat hunian masyarakat dikenal pertama kali dan  tertulis dalam Kitab Negara Kertagama karangan Empu Prapanca. Pasoeroean dari segi kebahasaan dapat diurai menjadi pa-soeroe-an artinya tempat tumbuh tanaman suruh atau kumpulan daun suruh

Sesudah Kerajaan Majapahit berangsur surut berdirilah kerajaan Islam diantaranya Kerajaan Demak Bintoro, Kerajaan Giri Kedaton, Kerajaan pajang dan Kerajaan Mataram.

Pada era  Pasoeroean dalam kekuasaan Kerajaan Giri sekitar Abad  XIV sampai XVI  salah satu peninggalan utama adalah daerah Sidogiri. Berdasarkan sejarah lisan bahwa daerah inilah awal Sunan Giri meletakkan dasar-dasar dakwah dengan membuka langgar sekaligus tempat ngaji yang kemudian dinamakan Sidogiri.

Pada masa Kerajaan Demak Abad Ke XV,   Pasoeroean memiliki peranan penting dalam menyebarkan agama Islam. Bahkan Adipati Pasoeroean berhasil memperluas  kekuasaannya sampai Kediri. Pasoeroean dibawah Kerajaan Pajang  tidak lama karena pada Tahun 1616 ketika Sultan Agung bertahta Kerajaan Mataram berhasil merebut wilayah Pasoeroean. Perkembangan selanjutnya Pada saat  Amangkurat I memegang kekuasaan   diangkatlah  Kyai Darmoyuda menjadi wedana Bupati Pasuruan. Wilayah Pasoeroean dibawah kekuasaan Amangkurat I banyak pergolakan untuk memisahkan diri dari Kerajaan Mataram bahkan pada saat Untung Suropati berkuasa di Pasoeroean upaya itu sangat kuat sehingga mataram dibantu Kompeni  Belanda berupaya mengembalikan wilayah Pasuruan masuk kekuasaan Kerajaan Mataram.

Perkembangan selanjutnya  pada masa Kolonial Belanda berdasarkan Staatblad 1900 No 334 tanggal 1 Januari 1901dibentuklan Kabupaten Pasoeroean yang wilayahnya berbatasan dengan madura, laut hindia, sebelah barat dengan residen Kediri dan Surabaya.

Setelah melakukan kajian yang utuh dan menyeluruh terhadap fakta Sejarah Kabupaten Pasuruan, maka diperoleh lima kriteria pokok dalam penetapan hari jadi yang disepakati oleh masyarakat Kabupaten Pasoeroean yaitu :

  1. Adanya periode sejarah tertua,
  2. Bukti tertulis dan peninggalan yang tertua,
  3. Pemukiman yang tertua,
  4. Struktur pemerintahan tertua dan bersifat indonesia-sentris.
  5. Menunjukkan kebanggaan pada peradapan lokal,

Maka diperoleh  hari kelahiran Kabupaten Pasoeroean berdasarkan PRASASTI CUNGRANG / SUKCI  yang terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol maka Kabupaten Pasoeroean Lahir pada Hari Jum’at Pahing tanggal 18 September 929 M.

Dan atas dasar pertimbangan perjalanan sejarah inilah, maka diundangkan  Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 8 Tahun 2007 tentang Hari Jadi Kabupaten Pasuruan yang menetapkan  tanggal 18 September sebagai Hari Jadi Kabupaten Pasuruan dan diperingati setiap tahun di wilayah Kabupaten Pasuruan.

sumber dari:https://www.pasuruankab.go.id/pages-6-sejarah-singkat-kab-pasuruan.html