Gunung Arjuno Via Purwosari, Mendaki Rasa Wisata Religi
Sesuai namanya, Jika Arjuno dalam pewayangan dikelilingi banyak wanita, Gunung Arjuno punyak banyak jalur pendakian dan punya banyak hal menarik yang bisa ditemui selama perjalanan mendaki.
Jalur pendakian gunung Arjuno via Purwosari terletak di Dusun Tambak watu, Kecamatan Purwosari, Malang, Jawa Timur. Jalur Purwosari ini terkenal dengan banyaknya peninggalan peninggalan kerajaan Majapahit pada masa lampau.
Selain itu, sumber air pun lumayan banyak ditemui. Sembari mendaki bisa juga berwisata religi walaupun bisa bikin bulu kuduk berdiri.
Basecamp
Basecamp pendakian Gunung Arjuno via Purwosari ini berada di Desa Tambakwatu. Untuk yang pertama kali datang lebih mudah dengan mengetikkan “Parkir VIP Gunung Arjuno” pada gadget masing masing dan tinggal ikuti arah saja sesuai petunjuk map. Dari jalan raya Surabaya-Malang sekitar 30 menit perjalanan menuju titik basecamp ini.
Pos 1 – Goa Ontoboego
Berjarak tempuh sekitar 60 menit dari Basecamp. Jalur menuju Pos 1 masih dapat dikatakan landai dengan tanjakan yang belum terlalu curam. Jalur pun sangat lebar dengan hutan pinus di saujana, layaknya tameng dari pendar surya.
Begitu memasuki kawasan Goa Ontoboego hutan pinus yang ada semakin merapat hingga menimbulkan kesan adem dan asri. Sesekali bau dupa tercium dari beberapa sudut yang memang nampak digeletakkan beberapa sesaji dari peziarah penganut kepercayaan “Kejawen”.
Goa Ontoebogo ini sendiri pada sebuah cerukan bebatuan yang terletak tak jauh dari hutan pinus. Di depan gua tersebut terdapat sebuah pondok yang biasa digunakan oleh para pendaki dan peziarah untuk melepas penat. Sebuah cungkup dengan arsitektur Jawa tampak berdiri megah dengan altar berkeramik yang berada di sisi kiri cungkup berukuran sekitar 6,5 × 6,5 meter.
Penamaan Goa ini pun dari kepercayaan masyarakat sekitar dari nama tokoh pewayangan bernama Sang Hyang Antaboga alias Sang Nagasesa. Sang Hyang anta boga berwujud seperti ular naga dan dikenal sebagai dewa penguasa dasar bumi. Ia mempunyai kemampuan menghidupkan orang mati yang kematiannya belum digariskan, karena ia memiliki air suci Tirta Amerta.
Nama Antaboga atau Anantaboga artinya (naga yang) kelokannya tidak mengenal batas. Kata ‘an’ atau artinya tidak; kata ‘anta’ artinya batas; sedangkan kata ‘boga’ atau ‘bhoga’ atinya kelokan. Yang kelokannya tidak mengenal batas, maksudnya adalah ular naga yang besarnya luar biasa.
Sebuah patung naga pun dibangun oleh para pengurus kawasan ini tepat disamping Hutan Pinus di pintu masuk. Patung ini mungkin sebagai gambaran bagaimana perwujudan dari Sang Naga.
Pos 2 – Tampuono dan Sendang Dewi Kunti
Dari pos 1 menuju pos 2 kurang lebih membutuhkan waktu 60-80 menit.
ampuono ini sangat terkenal bagi para pencari ketenangan dan keheningan Gunung Arjuno. Ada beberapa petilasan juga disini menjadikan tampuono salah satu pusat aktifitas para peziarah. Petilasan yang pertama yakni petilasan Eyang Abiyasa dengan jalan setapak yang ditata rapi dengan semen serta di kiri kanan jalan dibentuk taman – taman yang sangat rapi dan bersih.
Nama Abiyasa merupakan tokoh pewayangan bergelar begawan yang dikenal sakti. Dalam cerita pewayangan, Ia dipercaya sebagai orang yang menulis riwayat keluarga Barata.
Tak jauh dari petilasan Eyang Abiyasa terdapat pula sendang Dewi Kunthi yang konon jika airnya diminum dapat memberikan keluhuran jiwa serta selalu ingat Hyang Kuasa. Di sini juga terdapat beberapa pondokan. Dewi Kunthi dalam dunia pewayangan merupakan sosok perempuan cantik yang merupakan ibu dari pandawa lima.
Ada juga petilasan Eyang Sekutrem. Lokasi petilasan ini dinaungi oleh pohon–pohon besar sehingga terkesan wingit dan angker. Bangunannya berukuran 2,5m x 2m berbahan beton dengan lantai dan lapisan dinding yang terbuat dari keramik.
Konon, pengunjung yang ingin mendapatkan berkah, harus singgah di petilasan ini lebih dulu. Di dalam petilasan, ada sebuah arca yang terbuat dari batu andezit dengan tinggi sekitar 70 cm.
Di kawasan Tampuono, kita akan merasakan susasana sejuk dan hawa dingin yang menyentuh kulit. Suasana siang terasa pagi lantaran terik mentari terhimpit rerimbunan daun pohon yang menghembuskan angin sepoi. Kita bisa melepaskan penat sepuasnya sebelum kembali berjuang melewati jalur jalur untuk mencapai Puncak Gunung Arjuno.
Pos 3 – Eyang Sakri
Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 tidak terlalu jauh hanya butuh waktu sekitar 15 menit. Eyang Sakri merupakan pos yang mempunyai sebuah halaman luas dengan sebuah bangunan rumah yang terkunci rapat.
Pos 4 – Eyang Semar
Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 dengan jalur yang cukup menanjak dengan trek bebatuan. Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam 30 menit.
Eyang Semar konon katanya merupakan tempat “Moksa” atau menghilangnya Eyang Semar, yang merupakan penasehat kepercayaan Raden Arjuno.
Sebuah arca berselimut kain putih yang menghadap timur yang dipercaya sebagai perwujudan Eyang Semar itu sendiri. Terdapat beberapa gubuk dan sumber air yang sangat cocok untuk beristirahat sejenak.
Pos 5 – Makutoromo
Selepas Pos 4 jalanan kembali menanjak tajam dengan kemiringan yang curam. 30 – 45 menit perjalanan yang harus ditempuh hingga pendaki tiba di sebuah pelataran luas dengan sebuah punden berundak yang berada tepat di tengah tengah.
Kibaran bendera berwarna hijau nampak menghiasi punden ini. sesaji dan dupa pun berderet mengelilingi punden yang nampak sangat keramat ini. Konon di punden inilah dahulu Dewa wisnu sering melakukan pertapaan. Arca arca pun sangat mudah ditemui di sekitaran.
Di pos 5 ini juga merupakan pos paling ideal untuk mendirikan camp sebelum mencapai Puncak Arjuno. Jarak dari puncak masih cukup jauh tapi adanya sumber air dan toilet bersih menjadi nilai tambah untuk camp di Pos 5 ini. Bagi yang tak membawa tenda pun sebenarnya terdapat banyak pondokan berukuran besar yang mampu menampung puluhan pendaki.
Pos 6 – Candi Sepilar
Perjalanan menuju ke pos 6 sangatlah dekat dibutuhkan waktu 15 menit maka sudah sampai pada pos 6. 3 buah arca dengan wajah yang menyeramkan ibarat patung selamat datang di pos ini.
Tepat di tengahnya terdapat sebuah jalur menanjak, dengan bebatuan yang tertata rapi. Tepat ada 9 Arca yang mengapit jalur pendakian.
Konon menurut beberapa sumber arca berjumlah 9 ini merupakan sosok yang menjaga daerah Sepilar ini, dan tepat di batas jalur bebatuan ini terdapat sebuah deretan patung yang melambangkan Pandawa Lima “Yudistira, Bima dan Arjuna” sedangkan “Nakula dan Sadewa” telah hilang diambil para pencuri.
Pos 7 – Jawa Dwipa
Perjalanan dari pos 6 ke pos 7 dengan jalur yang cukup menguras energi, tanjakan tajam dengan kemiringan 25 derajat menemani perjalanan menuju pos 7. Setelah berjanan 1 jam 30 menit sampailah pada Jawa Dipa yang merupakan pos terbaik untuk camp agar esoknya dapat melihat sunrise di puncak Ogal-agil.
Selepas Pos 7 vegetasi mulai merapat dengan hutan pinus yang rindang. Hal itu membuat udara semakin sejuk dan dingin, tapi jalur yang ada semakin menjadi jadi. Dari kejauhan puncak ogal agil yang berwujud runcing tajam sudah dapat dilihat.
Sekilas nampak dekat dan mudah untuk digapai namun kenyataannya, hanya hutan pinus yang tak berujung dan membuat asa hampir sirna.
Plawangan
Butuh perjuangan keras untuk sampai di sini, setelah 3 jam menanjak, pendaki akan mendapat diskon berupa jalur landai menyusuri pinggiran jurang. Namun akan serasa panas karena jalur sudah tak berada di dalam lingkup hutan pinus lagi. Pohon pohon cantigi dengan padang rerumputan mulai menghiasi. Terdapat juga sebuah pertigaan dengan jalur kekiri yang mengarah ke Lawang.
Apabila pendaki mengamati jalur yang menuju kebawah itu. Nampak sangat terjal, rindang dan mistis karena jalur langsung masuk ke dalam “Alas Lali Jiwo” yang terkenal itu. Dan dari pertigaan mengarah ke kanan jalur kembali menanjak dengan tajam.
Puncak Ogal-Agil
Setelah satu jam mendaki, pendaki akan disuguhi lautan awan di puncak Ogal-Agil. Dinamakan Ogal-Agil karena karena batuan di puncak, jika dilihat dari bawah seperti bergoyang (Ogal-Agil) jika tertiup angin. Bongkahan batu berbagai ukuran tersebar di Puncak Arjuno. Melangkahkan kaki pun harus tetap berhati hati jika tak ingin terpeselet dan terjatuh.
Estimasi waktu pendakian
- Basecamp – Pos 1 (Goa Ontoboego) : 1 Jam.
- Pos 1 (Goa Ontoboego) – Pos 2 (Tampuono) : 1,5 Jam.
- Pos 2 (Tampuono) – Pos 3 (Eyang Sakri) : 15 Menit.
- Pos 3 (Eyang Sakri) – Pos 4 (Eyang Semar) : 1,5 Jam.
- Pos 4 (Eyang Semar) – Pos 5 (Makhutoromo) : 45 Menit, sumber air terakhir ada di Pos 5.
- Pos 5 (Makhutoromo) – Pos 6 (Candi Sepilar) : 10 Menit.
- Pos 6 (Candi Sepilar) – Pos 7 (Jawa Dipa) : 2 Jam.
- Pos 7 (Jawa Dipa) – Puncak Arjuno : 4 – 6 Jam.
Pencapaian waktu tiap pribadi mungkin berbeda tergantung dari kondisi fisik masing-masing. Selamat berwisata religi!
SUMBER:https://nusadaily.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar